Selasa, 29 November 2016

Catatan Haul Nuku untuk Wakil Walikota Tidore

Kegiatan Haul Sultan Nuku ke-211 yang diselenggarakan oleh Garda Nuku membuat Wakil Walikota Tidore tersinggung dan seolah-olah berkoar dengan semangat. Ini semacam peristiwa langkah yang tidak baik di dengar, sebagai seorang wakil walikota seharusnya memberikan apresiasi setinggi-tinggi kepada anak-anak muda Tidore yang menyelenggaran kegiatan ini, bukan berarti tersinggung atas himbauan pihak kesultanan kepada seluruh mesjid yang ada di kota Tidore untuk menaikkan bendera setengah tiang, bertepatan dengan Hari kematian Sultan Nuku. Garda Nuku menganggap ini adalah persembahan kepada Sultan Nuku sebagai seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan Nasional satu-satunya di Moloku Kie Raha.

Kegiatan ini juga mendapatkan respon baik dari Sultan Tidore H. Husain Syah. Paska pengukuhan di Kadaton Tidore. Sultan memberikan pesan kepada seluruh pengurus Garda Nuku agar selalu berada di jalan yang benar dan mengutamakan kepentingan organisasi. Di saat pelantikan pengurus Garda Nuku Sultan Tidore juga menyampaikan bahwa; kegiatan ini jika di selenggarakan oleh pihak kesultanan maka akan di pusatkan pada kota Tidore, namun kegiatan ini diselenggarakan oleh anak-anak muda Tidore yang berada di Ternate, mereka mempunyai kesadaran yang tinggi dan menghargai jasa sang pejuang Sultan Nuku sehingga kegiatan ini terselenggaran Ternate. (Kutipan Pidato Sultan Tidore).

Polemik setelah kegiatan ini selesai justru datang dari berbagai masyarakat Tidore yang mempersoalkan tempat kegiatannya, mereka seakan terlena bahkan tidak henti-hentinya mempermasalahkan lokasi kegiatan. Apakah lokasi kegiatan itu penting sehingga dua hari ini selalu mencuat di media sosial (Medsos)? Mengapa mereka tidak bertanya tujuan kegiatannya? dampaknya untuk Tidore apa? Dan bagaimana selanjutnya kegiatan ini kedepan?

Padahal jika dilihat masalah yang ada sekarang di kota Tidore adalah masalah yang sangat krusial. DAK dan DAU kota Tidore mengalami penurunan sengat dratis, seharusnya ini yang dibicarakan dan dipersoalkan untuk kemajuan daerah, duduk dan diskusikan mencari jalan keluar bukan mengomentari hajatan Garda Nuku. Wakil walikota harusnya lebih bijaksana dalam menanggapi persoalan ini, bukan ikut meramaikan persoalan tempat kegiatan Haul Sultan Nuku, Wakil Walikota pasti masih ingat kegiatan Festival Maitara adalah kegiatan yang di mulai dari Garda Nuku dan kemudian pemkot Tidore menjadikan ini agenda tahunan.

Wakil walikota seharusnya memikirkan kedepan kegiatan Haul Sultan Nuku ini dapat diselenggaran berkat kerja sama antara pemkot Tidore dan Garda Nuku. Sikap ketersinggungan Wawali ini seakan menunjukkan sikap kekanak-kanakan kepada seluruh masyarakat Moloku Kie Raha dan kesultanan Tidore terkait kegiatan ini.

Bukankah himbauan dari pihak kesultanan itu bentuk dari kesultanan Tidore sangat menghargai pahlawan Nasional dari Moloku Kie Raha yakni Sultan Nuku yang tidak kalah dengan pahlawan-pahlawan Nasional lainnya. Waktu Tidore masih menjadi ibu kota dari Halmahera Tengah dan setelah di mekarkan, pemerintah setempat tidak pernah melakukan kegiatan yang mengingatkan kita kepada jasa seorang Sultan Nuku. Ini bukti bahwa pihak pemerintah kota Tidore bisa di bilang acuh tahu terhadap sejarahnya sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar